Senin, 15 Februari 2016

Universitas Kebenaran dan Kebijaksanaan


Admin penjaga kantor akademik itu sepertinya gusar. Tapi asgar belum selesai mencari. Dua matanya mirip senapan yang benar-benar awas mengikuti pergerakan musuh. Tapi yang dipelototinya adalah daftar jurusan dan prodi yang sebenarnya tidak terlalu banyak. Setiap dua menit asgar selesai membaca keseluruhan daftar. Tapi ia masih berusaha teliti. Satu-persatu, atas ke bawah, bawah ke atas, berulang-ulang.

            Tidak ada.
            “Mbak, kok pilihanku tidak ada di daftar ya?.”
            “Memangnya ingin melamar ke jurusan apa mas? ”
            “Teologi islam mbak, atau Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, ”
           
Raut wajah admin itu berubah
“Jurusan seperti itu tidak ada mas. Mungkin dulu semasa masih ada Fakultas Ushuluddin. Tapi sekarang jurusan keislaman sudah disatukan dibawah Fakultas Agama Islam dan Fakultas Bisnis islam, daftar jurusannya yang mas pegang itu.”

Asgar mengeksaminasi daftar itu lagi.
            Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Negeri Surabaya : 1. Jurusan Profesi Guru Agama, 2. Jurusan Profesi Konselor Agama 2. Jurusan Profesi Da’i 3. Jurusan Menejemen Masjid. 4. Jurusan Konsultan Dalil dan Hukum 3. Jurusan Motivasi dan Training Islami.
            Asgar mengernyitkan dahi. Lagi.
            Ia tahu di daftar selanjutnya semakin kecil kemungkinan jurusan yang dicarinya tercantum disitu. Meski begitu, ia tetap membukanya.
            Fakultas Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Surabaya : 1. Jurusan Ekonomi Islam 2. Jurusan Perbankan Islam 3. Jurusan Penyelenggaraan Haji. 4. Jurusan Amal, Zakat, dan Wakaf, 5. Jurusan Wisata Religi 6. Jurusan Astronomi Islam.    
            Asgar melirik ke tumpukan kertas di samping sikunya. Disana lebih tidak mungkin lagi, tumpukan itu berisi daftar jurusan dari fakultas keilmuan non-islam. Fakultas Sains, Sospol, Keguruan, Teknik, Ekonomi, Kedokteran, dan ah.. dia sudah membacanya di pendaftaran online kemarin.
            “mungkin ada jurusan pendidikan islam ada di Keguruan mbak? ”
            Admin yang berwajah ramah itu terlihat masih berusaha sabar.
            “maaf mas, kita ini sudah Universitas, kalau mas ingin mencari keilmuan islam murni, silahkan cari di kampus-kampus swasta di Jawa Timur seperti Universitas Tebuireng, Universitas Lirboyo, atau Salafiyah Safi’iah Situbondo.”
            Asgar mengernyitkan dahi semakin dalam. Seperti merasakan ada yang salah, tapi tidak tahu apa.
            “hm.. mungkin filsafat?”
            Asgar melihat Admin yang tadinya ramah, yang mati-matian berusaha sabar, masih berselimut integritas dan formalitas seorang petugas pelayanan publik, mendadak tertawa kecut. Melepaskan serta merta integritasnya. Kesal mungkin.
“mas mas, sampean ini kok cari yang tidak ada. itu semua sudah daftarnya. Ndak ada yang saya sembunyikan. Yang online sama yang disini sama saja.”
            “lagipula...”  
dia menarik seluruh daftar dari hadapan asgar. merapikannya, Tersenyum, mencoba memperbaiki integritasnya yang sempat loss tadi. Tapi masih saja terkesan sinis.
            “jurusan seperti itu mau dipakai buat kerja apa..”
            Asgar mencoba tersenyum dan memasang raut muka minta maaf. Ia merapikan tasnya.
            “njeh mbak, maaf, saya cari di brosur online kok tidak ada jadi saya cek kesini. Ternyata sama. Njehpun terima kasih banyak saya permisi. Assalamualaikum.”
            “walaikum salam.”
            Asgar melangkah pergi, namun dua mata dan telinganya sengaja ia pusatkan di belakang kepala. Ia masih bisa mendengar salah seorang rekan si admin mendekat dan bertanya. Pasti mengenai dirinya. Sayup-sayup asgar masih bisa mendengar bisikan si admin.
            “filsafat.. katanya.. jaman sekarang... sek musim saja.. jelas.. buat.. bingung.”
            “astaga.”
            Asgar membatin

            Turun ke lobby asgar masih perlu menunggu lumayan lama hingga ada orang lain yang sejalur. Ia tidak terbiasa menggunakan lift. Namun sekali dua kali ia mengunjungi twin tower pasti  sudah bisa. Pikirnya. Lagipula, ia masih disibukkan dengan menyusun kembali rencana kuliah yang rupanya terkendala jurusan. Ia melamun sambil memperhatikan papan designator lift berkedip menunjukkan nomor lantai.
            “Twin Tower A : 03.. 02.. 01.. G.”
            “Ting.”

            Ia berjalan menyeberangi lobby. Menuju pintu keluar. Ia menyempatkan melihat sejenak Menara Kembar putih  dua puluh lantai yang berdiri menjulang di pinggir Jl. Ahmad Yani yang membelah Surabaya Selatan ini. sebuah ikon mercusuar Peradaban Islam di Jawa Timur. Begitu yang dia baca di koran maupun brosur. Bersinar diurapi lampu sorot di hari yang mulai beranjak petang. Di hadapannya adalah area paving seluas ratusan meter. Arena mahasiswa, sepertinya. Sesore ini masih saja ramai. Diisi oleh kelompok-kelompok mahasiswa dengan kesibukannya masing-masing. Asgar mengamati mereka satu-persatu. Kelompok teater, grup vokal, mungkin akapela. Banjari, seperti layaknya perguruan tinggi islam, batinnya. Dan.. arena skate board dan roller blade. Tidak aneh. Semua mobil dan sepeda motor diparkir di area khusus. Tidak boleh masuk kampus. Semuanya harus berjalan kaki di area kampus. Tak heran banyak mahasiswa yang menghemat waktu dan tenaga dengan skate-board dan roller blade. Mungkin juga sepeda lipat dan skuter kecil. disana ada juga menara panjat tebing. Milik mahasiswa pecinta alam mungkin. Lapangan basket, tenis, dan... wow ada ruang untuk koreografi juga. Lalu, tampak juga sekelompok mahasiswa yang berlarian, bersalto, melompati pagar dan tembok miring.
            “kalo tidak salah namanya parkour. hm..benar-benar universitas kelas dunia.” Batin asgar
Ia tersentak  menyadari kalau seseorang sedang melaju cepat ke arahnya. Reflek ia melompat ke belakang.
“kreekk..”
Suara decit rollerblade terdengar bersamaan dengan seseorang yang menyerempetnya dari
arah samping. Nyaris menabrak. Dan dia nyaris jatuh kalau tidak bertumpu pada tangan kirinya. Si mahasiswa pengguna rollerblade itu mendesis kesal lantas melotot ke arah asgar.
            “heh mas, ini area rollerblade. Pejalan kaki lewat sayap gedung!”
            Salah, mahasiswi.
            “orang suburb ya, nggak ngerti Thread?!
            “njeh mbak, maaf.” Ujar asgar sambil mengaggukkan kepala. Ia sadar salah tempat.
            Si mahasiswi  melaju menjauh. Sepertinya masih dongkol. asgar melangkah ke jalur pejalan kaki yang ditandai dengan garis kuning di sepanjang sisi gedung. Melangkah menuju gerbang keluar kampus. Menembus hujan yang turun rintik-rintik. Sambil terus melamun.

            “sialan, cantik benar.”

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

header

Theme Preview

Previewing Another WordPress Blog