Kamis, 25 Desember 2014

Buku Harian Kader PMII

www.veectezy.com
Catatan 1, 25 Desember 2014
           Ide tentang buku harian ini kira-kira muncul pada pagi Natal di tahun 2014. Saat saya menemukan sebuah buku kecil berisi himpunan epigram karya wartawan, jurnalis, sastrawan, serta budayawan gaek Goenawan Mohammad. Di sampul buku itu tertulis nama pemiliknya. Seorang kader PMII Rayon Dakwah yang cukup saya kenal. Catatan-catatan yang tersembunyi di dalamnya berisi sekumpulan tweet Goenawan tentang hal-hal kecil seputar pagi.

Pesan-pesan itu, dalam asumsi subyektif saya, agaknya tidak, atau belum menemukan tempat dalam benak sang pemilik. Bisa dimaklumi karena pada dasarnya pengetahuan butuh konteks sebelum dapat benar-benar menjelma menjadi sebuah pemahaman. Sebelum itu, pengetahuan tersebut akan mengendap dalam otak. Menunggu untuk termaterialisasi secara sempurna. Fenomena yang—secara keliru—dianggap oleh sebagian besar orang sebagai ketidakpahaman akan teks dan berakhir dengan dicampakkannya sebuah buku oleh sang pemilik. Thus, pertama-tama saya ingin meminta maaf kepada sang pemilik buku karena telah lancang membacanya tanpa izin.
Dalam sebuah deret tulisannya, Goenawan menulis, bahwa dalam sebuah ikhtiar yang besar dan mulia, akan selalu ada pembuntut, tukang narsis, dan penilep kesempatan. deretan kata ini sukses melompat keluar dan menampar kesadaran saya. Ya, tanpa bunyi ‘klik’ yang kentara, deretan kata itu menemukan konteksnya dalam otak saya. Tentu saja! konteks itu ada dalam dinamika yang selalu menggelayuti benak saya dan membuat saya tidak tenang menjalani hari-hari sebagai mahasiswa akhir. Dinamika itu adalah “Gerak Lesu Dinamika Tak Bertujuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. ” di kampus kita tercinta.
Betapa tidak. Ikhtiar-ikhtiar mulia selalu bermunculan dari punggawa organisasi kita tiap waktunya. Semuanya berusaha sekuat tenaga untuk bisa membawa organisasi tercinta ini keluar dari kerangkeng kejumudan.[1] Ikhtiar yang, menghabiskan banyak tenaga dan sumber daya. Namun apa daya, ikhtiar-ikhtiar itu selalu kandas sebelum bergulir, layu sebelum berbunga. Kita diajarkan untuk tidak menyerah, selalu menumbuhkan asa dan memupuk harapan. Sekali lagi apa daya, harapan yang baru menguncup itu belum-belum harus “ditindih” oleh berbagai kepentingan. belum lagi berhadapan dengan kaum sinis dan skeptis yag mengintai di setiap forum-forum warung kopi. Menunggu kesempatan terbaik untuk melancarkan cibiran.  
Agaknya warga organisasi kita ini emang masih latah. Kendatipun itu hanya selembar buletin corong yang baru terbit setelah sekian lama mati, layoutnya rusak, tulisannya asal-asalan. Namun, warga organisasi sudah gempar membicarakannya seolah-olah itu adalah sebuah media bigot yang  berpotensi menggulingkan rezim pemerintahan sekaliber orde baru. para spekulan “warung kopi” pun sibuk memperhitungkan kira-kira manuver politik siapa yang bermain di balik penerbitan itu. Dengan tujuan apa pula. padahal, dilihat sambil jungkir terbalik-pun, itu cuma selembar buletin.
Sekali lagi, apa daya, buletin pun harus kandas. Sekali lagi kaum sinis dan skeptis menang. Sekali lagi mereka bersorak-sorai gembira teorinya terbukti benar.

Maka Bismillah, dengan ini saya gulirkan “Buku Harian Kader PMII” ini. sebagai ikhtiar yang agak frustasi bin bingung mau diapakan lagi organisasi ini. ikhtiar yang dimaksudkan untuk menyemarakkan kembali budaya tutur, Budaya ilmiah, budaya pikir yang pada “zaman dahulu kala” pernah menjadi kebanggaan organisasi kita. saya bermaksud untuk tidak jadi orang yang pura-pura tuli melihat “lusuhnya kain bendera di halaman fakultas kita.”  ataupun berlagak pahlawan sok mengetahui seluruh problem organisasi. Sekali lagi ini adalah ikhtiar. Ikhtiar yang mungkin juga akan bernasib sama dengan yang lainnya. Kandas. Namun, setidaknya kita harus menulis sejarah kita sendiri. agar anak-cucu kita kelak tak mengulang kebodohan kita. agar sejarah haruslah terhistografik dalam catatan kita. agar sejarah tetap menjadi sejarah, yang—kata Hegel—merupakan perkembagan roh dalam waktu, ide dalam ruang. Bukan perkembangan kebodohan sepanjang waktu.
Buku harian kader ini adalah forum Macroblogging bebas. Kader PMII manapun boleh menulis dan mengutarakan pendapatnya disini. Bebas selama itu masih bahasa tulisan. Bukan pidato, ceramah, sederet umpatan, maupun propaganda kebencian. Akhirnya semoga ikhitiar kita senantiasa diberikan jalan. Mari kita mulai dengan menyebut nama tuhan.

Abda’u bismillahi warrahmani... wabi arrahimi dza’imil ihsaani...
Falhamdulillahi qadiimil awwali... al Akhiril Baqi bila tahawwuli....  



[1] Jumud; Arab; Stagnan, mandek, beku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

header

Theme Preview

Previewing Another WordPress Blog